4 Cara Jitu Atasi Praktik Micromanagement di Tempat Kerja
Ada banyak gaya manajemen yang sering kali dijalankan atas dasar preferensi pribadi. Terlebih jika Anda adalah seorang karyawan yang bekerja di bawah manajemen mikro, kemungkinan besar Anda keberatan dengan gaya pengelolaan ini. Menurut riset Harry Chambers, manajemen mikro bukan bentuk manajemen yang paling efektif serta dapat membuat karyawan stres dan kehilangan motivasi. Dalam artikel ini kita akan membahas tentang micromanagement, ciri-ciri, penyebab, dampak, serta bagaimana menghindari manajemen mikro di tempat kerja Anda.
Apa itu Micromanagement?
Micromanaging atau micromanagement adalah pola perilaku manajer yang ditandai dengan kontrol yang berlebihan atas pekerjaan karyawan, serta pendelegasian tugas yang terbatas kepada staf. Para micromanager umumnya mengontrol setiap detail kinerja karyawan sampai di titik dapat menghambat pencapaian kerja.
Pada mulanya, gaya manajemen ini bermaksud baik, akan tetapi memantau karyawan terlalu ketat dapat menurunkan motivasi, workflow, hingga produktivitas kerja. Bagi manajer, gaya pengelolaan karyawan ini bisa memicu stres berlebihan karena merasa tidak mampu mendelegasikan tugas dengan baik dalam upaya mengendalikan karyawan.
Ciri-Ciri Manajemen Mikro
Jika Anda merasa manajer mengatur kerja Anda secara mikro, perhatikan ciri-ciri yang jelas dari perilakunya. Pada dasarnya, micromanagement didasari kebutuhan seorang manajer untuk mengontrol dan memantau progress karyawan secara dekat dan berlebihan.
1. Tidak Bersedia Mendelegasikan Pekerjaan
Para micromanagers suka mempertahankan kontrol tertinggi dan merasa sulit untuk mendelegasikan tugas kepada karyawannya. Dengan seperti ini, karyawan sering bertanya-tanya apakah mereka dapat langsung bekerja saja tanpa adanya instruksi. Ini menyebabkan kebingungan, karyawan kurang termotivasi, hingga kepuasan kerja menurun. Permasalahan ini dapat menjadi lebih berat saat micromanager hanya mempercayai orang tertentu untuk menyelesaikan tugas yang berat dengan ketatnya pengawasan.
2. Terlalu Terlibat dalam Pekerjaan Karyawan
Tidak sedikit micromanager yang ingin terlibat dalam semua pekerjaan yang dilakukan karyawan. Dalam hal ini, manajer mikro tidak menawarkan kebebasan karyawan untuk bekerja sendiri, menghabiskan banyak waktu di kantor, serta selalu perlu untuk mengetahui segalanya.
3. Pengambilan Keputusan oleh Karyawan Tidak Disepakati
Kontrol adalah hal terping bagi seorang micromanager, termasuk hal ini dalam urusan pengambilan keputusan. Mereka tidak menyepakati adanya pengambilan keputusan secara mandiri oleh karyawan. Hal ini sering terjadi karena kurangnya kepercayaan kepada karyawan untuk melakukan pekerjaannya dengan lebih baik.
4. Sering Meminta Update Pekerjaan kepada Karyawan
Karena proses pengendalian menjadi hal penting bagi seorang micromanager, tidak heran jika mereka selalu meminta update terus-menerus. Tindakan ini tentunya menyita waktu, membuat karyawan merasakan semakin tertekan, hingga menimbulkan rasa ketidakpercayaan diri atas pekerjaannya.
Penyebab Manajer Menerapkan Manajemen Mikro
1. Takut Membuat Kesalahan
Alasan utama manajer menerapkan manajemen mikro adalah karena mereka takut tim yang dipimpinnya membuat kesalahan. Mereka menerapkan gaya manajemen ini untuk menghindari potensi kerugian. Micromanager yakin jika mereka tidak mengawasi timnya secara keseluruhan, karyawan akan bekerja tidak maksimal dan berujung pada kekacauan.
2. Kurangnya Kepercayaan kepada Anggota Tim
Penerapan manajemen mikro bisa terjadi karena kurangnya kepercayaan pada anggota tim. Manajer mungkin merasa mereka perlu terus memantau dan mengontrol anggota tim agar tetap bekerja secara efisien untuk memenuhi tujuan bisnis. Dalam hal ini, micromanager enggan membuka peluang lebih luas terhadap pengembangan keahlian yang dimiliki setiap anggota tim untuk memajukan bisnisnya.
3. Harapan yang Tidak Realistis kepada Anggota Tim
Manajer yang cenderung melakukan praktik micromanagement, sering kali menyimpan harapan yang tidak realistis kepada anggota timnya. Micromanager hampir menutup mata terhadap kemampuan dan skill karyawannya sendiri untuk bekerja mewujudkan target-target yang ditetapkan. Saat segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencananya, manajer akan mengontrol lebih ketat yang membuat anggota tim semakin tertekan.
Cara Mengatasi Praktik Micromanagement di Tempat Kerja
Saat tempat kerja Anda menerapkan manajemen mikro, segera ambil beberapa langkah dan strategi untuk mengatasinya:
1. Membangun Kepercayaan
micromanager yang selalu tidak percaya kepada karyawannya akan berdampak pada menurunnya motivasi kerja dan karyawan semakin tertekan di tempat kerja. Tips untuk manajer, mulailah melepaskan kendali yang ketat atas karyawan. Juga berikan ruang kepada tim agar mereka dapat menunjukkan performa terbaik secara mandiri.
Bagi karyawan, dapatkan kepercayaan dari manajer dengan menunjukkan komitmen dan tanggung jawab Anda Usahakan untuk selalu menyampaikan progress pekerjaan kepada manajer untuk membangun kepercayaan secara perlahan.
2. Delegasikan Peran dan Tanggung Jawab untuk Karyawan Anda
Mendelegasikan peran serta tanggung jawab kepada bawahan mungkin terasa sulit bagi manajer yang memegang kendali kuat terhadap karyawannya. Namun, tindakan ini penting untuk meringankan beban kerja serta menunjukkan kepercayaan pada karyawan Anda. Untuk itu, micromanager harus mengenal kekuatan dan kelemahan karyawan mereka untuk memutuskan siapa yang akan diberi tugas dan tanggung jawab.
3. Memperbaiki Komunikasi
Dibanding harus mendikte karyawan, pastikan manajemen membuka jalur komunikasi dua arah yang jelas. Dengan demikian, karyawan akan lebih berani dan leluasa untuk menyampaikan pertanyaan atau kendala tanpa takut akan dikritik. Setiap manajer harus memiliki komunikasi terbuka dengan mendengarkan kebutuhan tim secara baik
4. Manfaat Objective and Key Result (OKR)
Objective Key Result adalah teknik manajemen yang secara efektif bekerja menetapkan target dan memantau hasil. OKR membantu menetapkan tonggak (milestone) dan melacak hasil yang dicapai oleh tim. Dengan adanya OKR, maka setiap anggota tim akan terlibat dan termotivasi untuk mencapai hasil dari tujuan yang ditetapkan.
Baca juga: Objective Key Result (OKR): Sejarah dan Contoh Penerapannya
Manajemen mikro menjadi salah satu gaya kepemimpinan yang mungkin sudah tidak lagi relevan. Jika di perusahaan Anda saat ini terindikasi muncul praktik micromanagement, lakukan evaluasi dan perbaikan manajemen yang lebih efektif. Manajer dan karyawannya perlu membangun hubungan dan komunikasi yang sehat agar dapat berkolaborasi.
BroadwaysHR hadir sebagai solusi bagi HR untuk mengelola karyawan dengan proses yang lebih cepat, akurat, dan anti ribet serta otomatis terintegrasi dengan sistem payroll. Fitur Organization Development memberikan Anda kemudahan mengelola dan mengembangkan organisasi, meliputi pengaturan job holder, employee assessment, employee training, dan lainnya.
Tertarik menggunakan fitur dan layanan BroadwaysHR yang berbasis cloud? Hubungi kami untuk konsultasi lebih lanjut dan nikmati FREE TRIAL selama 30 hari.