budaya kerja

4 Fungsi Budaya Kerja yang Positif untuk Karyawan di Tempat Kerja

Budaya kerja di perusahaan Anda adalah salah satu pendorong utama keberhasilan organisasi dengan memiliki karyawan yang terlibat, produktif, dan loyal. Lalu apa pengertian sebenarnya dari budaya kerja atau work culture itu sendiri? Tunjangan dan bonus benar tidak selalu mengartikan budaya kantor yang positif. Sebaliknya, budaya perusahaan adalah terkait sikap serta lingkungan kerja yang diciptakan dan dipelihara oleh manajemen. Work culture yang positif mendukung dan mendorong karyawan lebih sejahtera dalam bekerja. Pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang pengertian, manfaat, dan jenis-jenis budaya kerja.

Apa itu Budaya Kerja Perusahaan?

Work culture atau budaya kerja adalah pola sikap dan perilaku yang dalam prosesnya berkembang menjadi budaya dalam suatu organisasi. Ada banyak hal yang memengaruhi terbentuknya budaya perusahaan, mulai dari lingkungan kerja, kebijakan perusahaan, leadership, tujuan organisasi, dan nilai. 

Positive work culture tidak begitu saja terbentuk. Dibutuhkan fokus, perhatian, dan perhitungan (kultivasi) yang cermat. Jika saat ini Anda belum menemui positive work culture di tempat kerja, ini berpotensi membawa dampak besar bagi karyawan itu sendiri. Tidak hanya kurang terlibat, karyawan akan cenderung stres secara fisik dan mental. Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk keluar dan meninggalkan perusahaan. 

Dampak budaya perusahaan seperti demikian yang mendorong tingginya absensi kerja dan turnover karyawan, sehingga berujung pada kerugian yang dialami perusahaan. Lalu apa fungsi dari budaya kerja perusahaan yang positif itu sendiri bagi organisasi dan karyawan yang bekerja di dalamnya? Simak ulasan berikutnya.

Fungsi Positive Work Culture di Perusahaan

budaya kerja

Sumber: Freepik

Setiap budaya kerja yang diaplikasikan perusahaan, tentu mempunyai fungsi dan manfaat sebagai penunjang perusahaan dalam bisnisnya. Berikut adalah beberapa fungsi dari suatu work culture di tempat kerja.

1. Pembeda dengan Perusahaan Lain

Pertama, fungsi dari work culture dalam perusahaan adalah sebagai pembeda organisasi dengan lainnya. Singkatnya, budaya organisasi memiliki tujuan untuk mengidentifikasi diri setiap perusahaan yang mengaplikasikannya. Oleh karena itu, budaya di setiap perusahaan dan organisasi dapat berbeda dan beragam, karena menjadi ciri khas masing-masing.

2. Meningkatkan Tingkat Retensi Karyawan

Tingkat turnover karyawan yang tinggi tidak hanya buruk untuk moral. Apabila tingkat turnover atau perputaran di perusahaan tinggi, kemungkinan besar bisnis Anda telah menelan banyak biaya dalam setahun hanya untuk mempertahankan posisi yang terisi. Angka tersebut bahkan tidak memperhitungkan skill dan pengetahuan karyawannya. Dengan retensi karyawan, maka akan tercipta lingkungan kerja yang kompetitif dan sehat. 

3. Mengarahkan pada Mentalitas untuk Bertumbuh

Positive work culture mendorong pertumbuhan setiap individu dan organisasi. Karyawan dengan mindset berkembang akan merasa diberdayakan untuk melakukan pekerjaan terbaik dan mengejar peluang di depan mata. Perusahaan dan memberdayakan keahlian karyawan lama yang telah bertahan di perusahaan dan menemukan talenta baru dengan atmosfer positif.

4. Pendorong Produktivitas

Budaya perusahaan yang positif mengarah pada karyawan yang lebih bahagia, merasa dihargai, dan didukung. Karyawan yang bahagia tidak hanya menyenangkan untuk diajak bekerja sama. Karyawan yang bahagia cenderung lebih produktif daripada karyawan yang sedang mengalami stres kerja. Selain itu, karyawan yang merasa puas juga akan lebih semangat dan berbagi pengalaman kerja positif mereka.

Baca juga: 7 Strategi Retensi Karyawan yang Efektif di Tempat Kerja

Jenis-Jenis Budaya Kerja di Perusahaan

budaya kerja

Sumber: Freepik

 Budaya di tempat kerja hadir dalam berbagai bentuk, ukuran, dan bersifat dinamis. Berdasarkan Competing Values Framework, perusahaan cenderung memiliki jenis budaya kerja antara lain klan (clan culture), adokrasi (adhocracy culture), hierarki (hierarchy culture), dan pasar (market culture). Mari kita ulas jenis-jenis budaya kerja perusahaan tersebut satu per satu.

1. Clan Culture

Budaya klan dicirikan oleh hubungan horizontal dan erat antar karyawan. Pada dasarnya, budaya klan di perusahaan sebagai kebalikan dari budaya hierarkis. Penekanan pada clan culture ini diberikan kepada kerjasama tim (teamwork), kesetaraan di tempat kerja, bimbingan, komunikasi internal, internship, dan pelatihan karyawan. Dalam lingkungan yang mengedepankan bimbingan dan komunikasi ini, tidak mengherankan jika keterlibatan karyawan (employee engagement) sering kali tinggi. Budaya klan yang berorientasi pada orang ini sering dijumpai pada sebagian besar bisnis kecil dan bisnis milik keluarga. Namun untuk mempertahankan jenis work culture ini semakin sulit seiring bertumbuhnya bisnis dan melebarnya koneksi.

2. Adhocracy Culture

Jenis budaya perusahaan adhocracy umumnya dijumpai di perusahaan start-up dan teknologi, seperti Google dan Apple. Adhocracy merupakan gabungan dari istilah ‘Ad hoc’ dan birokrasi, di mana model work culture ini sebagian besar tidak terhalang oleh aturan dan proses birokrasi yang rumit. Budaya adhocracy cocok untuk perusahaan teknologi yang perlu mengikuti tren yang berubah dan terus mendorong ide-ide segar. Dengan budaya kerja seperti ini diterapkan, karyawan dapat beradaptasi dan bergerak maju dengan lebih cepat.

3. Hierarchy Culture

budaya kerja

Sumber: Freepik

Seperti namanya, budaya hierarkis ditentukan oleh struktur dan tingkat otoritas. Hierarchy culture adalah salah satu jenis budaya tempat kerja yang paling umum ditemukan di perusahaan yang lebih besar. Dalam penerapannya, jenis model kerja ini mendefinisikan peran, tanggung jawab, dan tujuan dengan lebih jelas. 

Pengertiannya, budaya hierarkis memiliki struktur kekuasaan yang berorganisasi dengan jelas, serta dapat disamakan dengan efisiensi dan stabilitas secara keseluruhan. Bergantung pada jenis kebutuhan bisnis dan industri, jenis work culture ini mungkin dapat menghambat fleksibilitas dan ketangkasan (agility). Jika demikian terjadi, maka bukan pilihan terbaik bagi perusahaan untuk mengadopsi model budaya perusahaan ini.

4. Market Culture

Dalam budaya pasar: hasil mendorong proses yang akan datang. Untuk organisasi dengan market culture yang kuat, fokusnya adalah pada persaingan dan tetap berada di depan kurva. Pada dasarnya, fokus model kerja ini adalah pada situasi outside market, bukan pada proses internal. 

Meskipun market culture memiliki kelebihan terutama dalam industri customer service dan bersifat cepat berubah (fast-changing), model kerja ini memiliki beberapa kekurangan. Pemimpin dan karyawan sering kali berada di bawah tekanan yang tinggi untuk terus berinovasi dan menjadi yang terdepan. Hal ini dapat meningkatkan stres karyawan dan toksisitas di tempat kerja.

budaya kerja

Berikan kesempatan dan peluang kepada karyawan untuk berkembang dalam karier sesuai minat mereka. Cara mengembangkan dan memelihara budaya kerja positif di tempat kerja adalah Organization Development dengan pengaturan job holder, employee assessment, employee training, dan lainnya. Untuk mempertahankan dan menemukan karyawan dengan talenta terbaik, mulai persiapkan rekrutmen karyawan hingga program Organization Management bersama software HR terbaik BroadwaysHR . Perusahaan Anda dapat dengan mudah dan efektif membangun organisasi yang kuat, terbuka, serta mudah dijangkau karyawan.

Tertarik mencoba sistem HRIS BroadwaysHR berbasis cloud terbaik yang terintegrasi dengan payroll system ini? Hubungi kami dan cobalah demo gratisnya sekarang juga!